Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

Pertanggung Jawaban Cinta

Jika cinta bukan sebuah antusiasme puitis maka tak akan ku beri cinta ku disini Kau percaya cintamu telah ku nanti sejak lama Telah ku kokohkan benteng hatiku agar tak dapat seorangpun masuk Bodoh.. Telah ku raut apapun yang dapat menjadikan pandanganmu kembali padaku Apa kau tidak lelah senantiasa berdrama dalam dongeng cintamu? Pulanglah.. Apa kau masih betah berlama-lama disana? Jika memang iya beri aku kesempatan untuk menembus ruang jenuh ini Kau, apa yang dapat kau artikan dari cintaku? Sebuah titik tolak? Atau bahkan malah menjadi sebuah titik pelampiasan? Kau telah ku percaya sejak lama Tapi mengapa kau dapat merobek kepercayaan itu dalam waktu sekejap saja? Aku tidak menuntut apa-apa Aku hanya ingin cinta bertanggung jawab atas cinta Agar benteng yang telah ku kokohkan dapat ku robohkan kembali Supaya aku bisa menemukan peta yang dapat membawaku kembali ke agronomian cinta. Request by Iqbal Amanda Putra

17 AGUSTUS DI TAHUN 2000-an

Bagaimana rasanya merdeka itu? Kita tidak merasakan bagaimana suasana pagi hari ini di tahun 45 Kita tidak merasakan kebahagiaan putih tulus pagi hari ini di tahun 45 Yang hanya kita rasakan hanyalah kebahagian warga yang berkumpul dalam menujukan bakatnya untuk memengankan suatu pertandingan Nyatanya merdeka tidak hanya sebatas itu saja. Kita tidak tahu jelas bahwa hari ini bangsa kita telah bebas Bebas dari segala bentuk peperangan Bebas dari senjata yang dapat merenggang tengkorak kepala Bebas dari segala bentuk cela menjatuhkan Sadarkah kita? Kita butuh pemimpin yang tidak hanya sekedar cerdas, kita butuh pemimpin yang bijaksana dan berpatriotisme yang tinggi. Ayolah.. apa yang dapat kita hadiahkan kepada pahlawan yang telah mati matian memerdekakan hak kita. Tidak semua dari kita dapat duduk dikursi DPRD tidak semua dari kita dapat berkecimpung di dalam istana negara, mari lakukan hal sekecil apapun yang dapat mengahasilkan sebuah titik makna yang kaya. berkaryalah

Jeritan Mu Adalah Jeritan Kami #SpecialLombok #PrayforLombok

Semboyan kita kita dekap dengan erat Mata hati kita kita selimuti dengan keramahan Air matamu kami usap dengan lantunan sajak Batinmu kami kokohkan dengan pondasi doa Dengar saudara, kami tidak peduli budaya apa yang masing-masing kita junjung Agama apa yang masing-masing kita anut Mungkin nominal jutaan tidak sanggup kami berikan Walau kami tau sebesar apapun nominal tidak bisa membangun pondasi yang telah retak dan hancur Juga tidak bisa mengembalikan anggota keluarga yang telah lenyap dimakan alam  Namun sedikit dari uang jajan kami sisihkan tidak masalah bagi kami Tahukah? Kau darah kami Kau bagian dari tubuh kami Tanah kita pernah kita perjuangkan mati-matian Rumah kita pernah kita rebut kembali dengan tetesan air yang mengeluar dari pori Hati kami ikut merasakan langit yang telah menjadi atap rumahmu Tanah yang telah menjadi lantai rumahmu Terpal yang telah menjadi alas tidurmu Bahkan udara dingin malam hari yang tak sanggup kau jinak

Tidak Berbicara Tentang Keikhlasan

Aku sedang tidak membicarakan tentang kerelaan Tidak juga tentang keikhlasan Karena terpaut dengan iklas dan rela tidak akan pernah terlontarkan dari mulut. Cinta tidak harus memiliki arti, Cinta dapat pergi kemanapun ia mau Hadir tanpa permisi dan pergi tanpa pamit. Terkadang kita tidak sadar bahwa Allah memberi kita nafas pada satu kesempatan saja. Anak kemarin sore pun tau kalo manusia adalah tempat ketidakpuasan. Terlebih-lebih membicarakan tentang ambisi. Rasanya aku tidak pantas bergulat dengan si peambisi, karna aku cuma sekedar biasan yang tidak terjaga. Aku bukan siapa-siapa, targetku hanya sebatas mimpi-mimpiku, tidak dengan cintamu.